Senja sudah pergi dan janji besok datang lagi Wahai laki laki yang ku sebut kekasih Entah untuk rindu keberapa kau berjuang menemui Menghampiri meski langit masih menangis kencang Sedang aku Bersedia menyiapkan secangkir jahe hangat untuk sekedar kau sedu Melengkapi pertemuan berkecambuk candu Selamat malam, sayang Selamat melunasi hutang rindu Meski kau datang Lalu waktu berlari menyuruhmu pulang Setidaknya kau sudah obati rasa pilu disiksa temu Berjanjilah untuk kembali datang Aku mencintai rindu yang selalu kau...
“Lucu sekali karena waktu memilih berlari saat aku bersamamu, dan berhenti saat aku menunggu kedatanganmu.” "Rindu pada akhirnya. akan membawaku untuk ke sini, atau menunjukkan jalan bagimu untuk ke sana. agar kita —aku dan kau— selalu bersama. Dalam cinta..” “..untuk setiap depa per depa jarak yang membuat kita jauh. Percayalah, aku adalah doa yang mendekapmu saat kau hampir jatuh. Jaga rindumu baik-baik, aku pasti kembali. Aku mencintaimu”. Sebab dalam setiap kedatangan, akan selalu ada kepulangan....
Aku dan kamu datang kembali, di Stasiun Gubeng. Masih lekat dalam ingatku kala Jumat ba’da isya kita selalu berada di gerbong kereta yang sama, iya bersebelahan. Aku yang selalu memarahimu agar tidak terlambat datang ke kost-ku supaya kita bisa lebih lama bersama. Tak apa kan? Bukannya sedikit lebih lama juga selalu terasa sebentar? Jadwal kereta yang tak selalu tepat waktu juga tak membuatku lelah menunggu, namun itu ketika aku bersama kamu. 1 jam 2 jam...
Dengan cara apa aku berterima kasih? Dengan cara apa aku membahagiakan? Sementara aku selalu mengecewakan ...
Waktu menunjukan pukul 4 sore Tepat saat awan bersembunyi di balik pekatnya mendung Semesta hujan deras Menuju stasiun dengan basah kuyup Sambil menunggu kereta tiba Aku masih sendirian Menunggunya datang mencariku di keramaian stasiun Setibanya kereta Perjalanan Mlg-Sgu dihiasi gerimis Kami memperbincangkan banyak hal Ngalor ngidul ngetan ngulon Percakapan kami di kereta kemaren malam Selalu menjadi pelajaran ...